Rabu, 28 Desember 2011

Di Dua Puluh Tiga


Kado terindah dari Sang Pencipta. Kado terindah dari Sang Pencinta. Kado terindah dari Sang Perindu. Merinduku mengadu dihadapan-Nya. Merinduku bersimpuh memohon ampun-Nya. Merinduku menangis di sepertiga malam-Nya. Begitu indah ujian yang berbuah kesabaran. Berbuah kenikmatan. Berbuah pahala. Berbuah taqarrub. Berbuah surga. Begitu indah semua ciptaan-Nya. Begitu sempurna semua anugerah-Nya. Lantas mengapa harus berputus asa hanya karena setitik musibah yang dianggap samudera.  Dia begitu indah dan penuh pesona. Dia yang lebih pantas diagungkan dibanding semua. Dia. Bukan dia.

Pandang hamparan taman hijau berbunga. Pandang lautan lepas dengan berjuta sirip indahnya. Pandang ilalang, gunung, awan, gemintang yang tiada lelah bertasbih memuji mematuhi titah Tuhannya. Pandang semua lebih dekat. Nikmat yang hanya disyukuri sesaat. Atau keluh yang tiada henti terucap.
Fabiayyi aalaai Rabbikumaa tukadzdzibaan?

Duh Rabb... Kado terindah di dua puluh tiga. Berkurang. Berkurang berkurang. Berkurang jatah waktuku memuji-Mu. Setelah sekian lama aku mengacuhkan seruan-Mu. Berkurang ladang pahalaku. Setelah sekian lama kubuang bekal waktu. Kado terindah ini. Tak kubiarkan sia. Memandang dunia dengan lebih terarah. Indah. Sangat indah.

Mengahbiskan sisa usia bersama. Bersama-Mu, ibu, ayah, keluarga, dan semua teman-teman yang begitu menyayangiku. lOve u all. Becoz Allah. Terimakasih waktu... telah mengizinkan dirimu ada untuk membersamai kami. Terima kasih atas doa yang terlimpah. Love you.  Love you. 

Kupandang kubah indah diantara gemintang dan sabit. 28 Desember 2011 in the night at albarkah mosque. Aku senang mengenal kalian. Thanks Rabb atas semua anugerah yang tiada henti tercurah.
My favorite place ^^
when i'm happy n sad, smiling n crying

Selamat Tinggal Mimpi



Aku dalam masa penyembuhan.

Kamu tahu rasanya ditinggal oleh orang yang kita sayang?
Kamu tahu rasanya dicampakkan oleh orang yang pernah menyayangi kita?
Kamu tahu rasanya diacuhkan oleh orang yang pernah peduli dengan kita?
Kamu tahu rasanya membunuh perasaan yang masih hidup dan tumbuh?
Kamu tahu rasanya mengubur hidup-hidup gambaran wajah, sikap yang senantiasa terekam?
Kamu tahu sakitnya terhempas dari ketinggian?
Kamu tahu rasanya ketika menyadari semuanya hanya mimpi?
Kamu tahu apa yang kulakukan untuk menyembunyikan tangisku dari ibu?
Kamu tahu apa yang aku lakukan untuk mengusir sedihku?

Kamu hanya menambah daftar kehilanganku.
Kamu hanya membuatku merasa lebih sendiri.

Kamu tahu?
Kamu tahu?

Kamu. Tidak akan pernah mengerti seberapa pedihnya.

Lantas haruskah aku tertidur lagi setelah terbangun dari mimpi?
Haruskah aku bermimpi lagi?
Alamku bukan alam mimpi.
Aku  harus bangun dan tidak boleh terbuai.
Aku tidak akan mendampingi pangeran mimpi.
Karena duniaku adalah apa yang aku tatap sekarang.
Nyata.

Dan kamu tahu?
Mimpi itu menyisakan luka.
Luka yang dengan susah payah kuobati.
Haruskah kusiram luka ini dengan cuka mimpi, lagi?

Lukaku belum benar-benar kering.
Perasaanku tidak untuk dipermainkan.
Kamu telah pergi dan aku  sedang belajar untuk menerima itu.

Terimakasih telah hadir dalam mimpiku.
Aku sudah tersadar dari tidur panjangku.

Selamat tinggal mimpi.
Bayty 17:46 WIB
25 Desember 2011 M
1Shafar 1433 H


Kamis, 22 Desember 2011

Pemimpin Itu Harus Arogan





“Ngeliat pake ini apa ini?” Dia menunjukkan mata dan dan lututnya dengan telunjuk. Rasanya ingin sekali kujawab dengan menunjukkan lutut. Tapi tanganku mengarah kemata. Menjawab pertanyaannya bahwa aku melihat dengan mata, bukan lutut. 

Rasanya hatiku ingi berteriak “Aku melihat dengan lutut, Bu.” Lantas kau membalas ucapanku dengan matamu yang tetap melotot “Coba praktikkan kalo kamu ngeliat pake lutut!” dan kujawab “begini ni, Bu!” lalu lututku bergoyang-goyang menengok kanan kiri seolah-olah dapat melihat.

Sayang, aku cuma bawahan yang lemah. Yang bisa diprotes, dimaki, dan dibentak-bentak didepan umum seperti tadi. Dan akulah yang salah tidak bisa berkata selantang dan setegas itu membela diri. Mungkin aku memang salah, bu. Karena jujur ini pengalamanku pertama kali disini  dan aku bingung harus berbuat apalagi. Termasuk katamu yang disuruh melihat bahwa laporanku salah dan tidak diperbaiki.

Hah! Allah saja tidak menghukum orang yang tidak sengaja dan lupa. Lantas kenapa dengan sifatmu yang terlalu tinggi bisa bersikap sekasar itu terhadap anak buahmu. Arogan. Tidak bisakah bicara dengan nada pelan, Bijaksana selayaknya pemimpin berpendidikan tinggi yang tahu etika?

Yah, semua juga tahu sifat dan tabiatmu, dan aku pun (dipaksa)  mengerti itu. Dan tanpa pernah kutahu pernahkah kau berusaha mengerti dan menghargai pekerjaan anak buahmu. Yang kutahu, kalau ibu moodnya oke kau bersikap royal dan menerbar senyum yang paling merekah. Dan kalau kau lagi gak mood kau siap menerkam dengan caling an tandukmu yang perlahan keluar.

Huft. Maaf bu jika kuharus berkata demikian. Aku simpati padamu. Sungguh. Kau cerdas, bijaksana, Ilmumu pantas diacungi 10 jempol. Aku kagum dengan prestasimu yang menjulang diusia mudamu. Sampai kepala empat sekaran kau berhasil membawahi 3 unit sekolah, Guru teladan dan usahamu menyebar hampir di seluruh pelosok jawa. Aku sungguh kagum. Tapi mengapa kau rusak semua image ku padamu menjadi begitu buruk. Akibat nila setitikrusak susu sebelanga.
Tolong kontrol emosi. Jika kau tidak suka terhadap seseorang karena alasan pribadi, jangan dibawa dalam urusan pekerjaan. Objektif dalam menilai. Jangan pernah pilih kasih. Hargai jerih payah kami.

Ingatkah kau. Melarang sesuatu. Salah sedikit harus diganti. Tidak boleh ada tip ex salah ejaan, spasi, kapital semua harus serba sempurna. Kami berusaha untuk itu, dan kami mengerti itu memang kewajiban kami memberikan yang terbaik. Tapi, tolong profesional bu. Pernahkah kau sedikit saja mengoreksi hasil kerjamu? Bahkan menyalahi format pun, kau tidak pernah memperbaiki.

Hah! Rasanya aku ingin teriak “KABURO MAQTAN!”

Tapi kau guruku bu. Kau tetap harus kuhormati. Biarlah Allah yang memberimu petunjuk. Kami muridmu, selalu mendoakanmu, yang menebar cahaya ilmu, mengalirkan cahaya ilmu meski dengan cara yang kadang memuat kami terluka. Allahummahdinaa.

Satu yang menjadi pertanyaanku.

Aku, entah dengan yang lain. Setahuku serupa meski tidak sama. Entah enggan, sungkan atau takut jika bertemu denganmu. Apakah karena kharismamu yang begitu memesona. Atau wibawamu yang begitu “menyeramkam” kau begitu disegani.

 Apakah jika suatu saat aku menjadi peminpin aku harus bersifat sepertimu sehinggaa bisa “dihargai” semua anak buah? Apakah aku harus bersifat pepertimu yang menasihati dengan nada tinggi, menyindir dan melotot didepan banyak orang? Apakah harus begitu, Bu?
Tapi yang jelas aku sama sekali tidak, bahkan amat sangat todak nyaman sekali dengan perlakuanmu. Semoga Allah mengampuni dosaku dan dosamu. Aamiin.

Resto Finfin 22:33 WIB
05 Desember 2011 M
09 Muharram 1433 H

Minggu, 11 Desember 2011

Hape Bagus Itu Perlu


Wew. Kamera oke. Video call oke. Streaming kenceng. Musik full. Memory gede. Pesan full.  Body tipis. Layar sentuh. Tv. Radio. Dual sim card.

SEMPURNA 

Gaya.model dan bergengsi.

Idealisme. Sampe sekarang aku bertahan dengan hape buluk beriku. Layar tanpa warna dan yang terpenting batre bertahan lama, bisa telpn dan sms. Udah kecemplung cat, jatuh berkali-kali tetep tahan banting. Tetep bisa nyala and berkualitas. Hoho itu menurutku. Setia dan gak pernah ngambek.
elegan khaaaan? :D
Memang aku (Gak) mampu beli. aku pernah punya pengalaman dengan hape quranku yang kusayang-sayang. Ada tafsir haditsnya. Doa-doa. Alquran 7 bahasa terjemah 30 juz. Touch screen, dual sim. Belum sampai setahun  sudah banyak ngadatnya. Batere beberapa kali kembung. Charger sudah hampir 2 bulan sekali ganti. Jatuh sekali aja udah remuk. Hah pokoknya bikin nyesek sek sek. Hiks.

Mau beli lagi pikir-pikir deh. Jadilah hape emakku kupalak. Hihi gak lah dikasih gitu loh. (memberi karena terpaksa ding :p)

Hape bagus yang multi fasilitas gitu juga bentar-bentar aku ngenet. Bentar-bentar dengerin musik, video, wah melalaikan banget deh dari kerjaan and ibadah. Senyum- senyum sendiri hehe bukan gila loh, Cuma dikit gak waras hihi. Jadi telah kuputuskan untuk tetap setia pada buluk berry ku J

Eh, simak ceritaku. Ternyata hape bagus itu perlu. Banyak fasilitas bakal negmudahin kita buat kerja. Ngenet tinggal buka. Nih contohnya pas kegiatan uasku membutuhkan bel dadakan. Soalnya kalo pake bel dari sekolah nanti suaranya rancu  sama bel smp. Nah muter-muter deh nyari nada dering hape yang bernuansa bel. Kubuka satu persatu nada dering dari hape buluk berry pllyphonic ku. Hehe gak nemu. Jadilah temanku menyodorkan hape androidnya, wew hape dengan buyi bel siap dinyalakan. Wah emang ternyata hape bagus dengan multy fasilitas itu perlu.

Wah terus kesimpulannya apa dunk? Pake hape buluk beery apa black cerry? Hoho keuputsan ada di kamu masing-masing. Mau pake apapu dimanapun kapanpun pertimbangkan baik buruknya. Kalo aku tetep setia sama buluk berry ku. Yang seti, gak pernah ngambek and  bandel. Aku gitu loh, cewek setia sama soulmate tercinta.

Tapi......
...............
...........................
......................
eng ing eeeeeeng

Teuteuuuuup melirik si imut android yang keren abiiiiz. Hoho :D

Sunksang
Gedung Ilmu 09:09 WIB
05 Desember 2011 M
09 Muharram 1433 H