Jumat, 25 Oktober 2013

SMS Cinta Salim A Fillah

Aku melongo. Kaget. Kudapati pesan masuk di ponselku tertulis dari Salim A Fillah. Tergesa kuletakkan tasku di sudut ruang. Aku duduk dan kembali memperjelas nama yang tertulis di pesan masuk. Benar-benar dari  Ustadz Salim.

Kunyalakan kipas angin. Radarku mulai mencari sinyal kronologi kenapa beliau bisa mengirim sms padaku. Siang tadi memang aku menyimpan nomornya. Nomor yang kudapat dari temanku. Mungkin suatu saat aku  perlu menghubunginya, maka kusimpan nomornya. Radarku menemukan sinyal rahasia. Maka kubukalah log panggilan keluar. Benar saja. Teryata aku meneleponnya. Tidak sengaja. Sungguh tidak sengaja. 

Dalam kebingungan membalas smsnya atau tidak, aku sibuk mengagumi beliau. Sungguh, smsnya jauh dari terkesan sombong. Padahal, hanya menanggapi telepon yang tak terangkat dari orang yang tak dikenal. Itupun kepencet hanya sekali. Bahasanya santun dan ramah. Mungkin bisa saja yang kepencet itu orang iseng, kan? Tapi beliau tetap meresponnya dengan baik. 







Berbeda sekali dengan orang yang kadang sok sibuk. Mendiamkan berhari-hari dan berbulan-bulan orang yang mengontaknya. Padahal mereka saling kenal. 

SMS yang hanya beberapa kalimat itu memberikan begitu banyak pelajaran. Sepenting apapun kita dan setinggi apapun jabatan kita, kita tetap harus ramah kepada siapapun. Merespon sekecil apapun hal yang kita terima. Apalagi jika itu menyangkut kepentingan orang banyak.

Dalam balutan bahasa yang santun itu, beliau juga menyelipkan satu adab yang sering kita lupakan. Sindiran yang sangat halus. Namun sungguh, aku tak sengaja memencet kontaknya. Jika pun berniat menghubunginya, tentu aku akan mengkonfirmnya terlebih dahulu melalui SMS.

Aku hanya orang biasa. Mendapat sms dari penulis idola yang tak disengaja sungguh membuatku bingung dan heboh luar biasa. Kutanyakan teman-temanku apa yang sebaiknya aku lakukan. Hampir saja aku tak berani membalas SMSnya. Namun, sungguh tak beretika jika aku demikian. Maka atas saran teman-teman kubalaslah SMS beliau dengan redaksi sebagai berikut,

‘Alaikumsalam. Afwan Ustadz jika sudah mengganggu aktifitas Ustadz. Saya ingin menyambung silaturahmi sahabat saya yang ada keperluan dengan Ustadz terkait buku yang ditulisnya. InsyaAllah dia memiliki hajat hendak mewawancarai Ustadz. Jka Ustadz berkenan,  nanti akan saya sampaikan ke sahabat saya tersebut. Jazakumullah khoiron katsir. Fita (FLP Bekasi)

Alhamdulillah. Lega. 

Terima kasih Ustadz atas pelajaran berharganya. Semoga para “petinggi” dan “pembesar” bisa tetap ramah kepada siapapun. Merespon dengan baik apapun yang datang, baik yang terkenal bahkan yang tak dikenal.
Seperti SMS cinta Salim A Fillah hari ini. SMS cinta yang membuat kami (aku dan teman-teman yang mengetahui SMS beliau ini) semakin mengaguminya. Sebuah SMS sederhana yang penuh makna. SMS cinta. Cinta karena ukhuwah, tentunya. Karena Tuhan dan Nabi kita sama. Allah Robbunaa wa Muhammad nabiyyunaa.

Hmm ... Mau tau nggak apa SMSnya? Inilah SMS balasan dari seorang penulis terkenal kepada orang yang tak pernah dikenal. :)

Assalamu’alaikum. Mohon maaf saudaraku yang baik; kami sedang dalam acara/keperluan ketika ditelepon. Jika ada yang dapat kami bantu; mohon berkenan SMS dulu. JzkmLlh khyrn.

Inilah beberapa buku karya Salim A Fillah :)
Nikmatnya Pacaran Setelah Menikah


Bahagianya Merayakan Cinta






















Beberapa foto Salim A Fillah

Bersama Dr. Abdurrahman Jamal, Pimpinan Darul Quran wal Sunnah yang membina lebih dari 1600 halaqah tahfizh Al-Quran di seluruh Jalur Gaza. foto: Sahabat Al-Aqsha












Bersama Menteri Waqaf Palestina Dr. Ismail Ridwan di kediaman beliau. foto: Sahabat Al-Aqsha


Salim A Fillah bersama isteri



Bayty, 19:35 WIB
Jum’at, 25 Oktober 2013 M
Dzul Hijjah 1434 H

Minggu, 13 Oktober 2013

Panggilan Cinta

"Mbak, ini sms siapa?" Fina membuka pesan di hpku yang bertuliskan umma.

"Oh, emak" jawabku.

"Kalau yang ini?" dia menunjukkan inbox atas nama buya.

"Bapak. Kenapa?"
"Kompak banget. Dua-duanya sms Lu pake nduk."

Kutengok lagi isi pesan bapak dan emakku.
Buya: Iya ndok
Umma: Iya nduk.

Selama ini memang aku maupun orang tua sering mengirim kabar atau bertanya via sms ketika berjauhan. Entah kenapa, sepertinya sms lebih nyaman.

Dan panggilan-panggilan semacam Nduk, Nak dll sama Sekali tak menjadi perhatianku.

Dan ketika Fina protes kepada bapaknya aku terdiam,
"Pak, Pakde sama Bude sms Mbak Pita aja pake Nduk. Pina perasaan nggak pernah dipanggil nduk."
Bapaknya yang juga paklekku hanya diam dan senyum. Begitu juga buleku.

Emak aku senyum, "Bude jarang manggil Pit atau Pita. Ya sama aja Nduk. Bude juga kalo manggil kamu, manggil Mbak Pen, manggilnya Nduk juga. Ya sama aja."

Dan aku jujur, jadi mikir.
Selama ini, panggilan Nduk memang akrab sekali di telingaku. Sampai aku nggak sadar bahwa itu adalah panggilan cinta. Aku tak dapat membedakan ketika keduanya memanggilku dengan sebutan Nduk atau langsung namaku. Karena aku tahu, tanpa dipanggil nduk pun mereka pasti menyayangiku.

Hanya saja, aku merasa sangat disayang, diperhatikan, ketika bapak marah-marah karena aku telat sms. Telat memberi kabar. Sampai sms,
"Ya Allah nduk... kamu tuh seneng banget sih bikin orang tua panik."
Bahkan dalam keadaan mereka marah, sekalipun. Itulah tanda cintanya.

Tapi... aku tau kok. Cinta itu diekspresikan dan dinyatakan dengan banyak cara.
Tidak melulu dengan panggilan sayang atau semacamnya. Cukup sikap tanpa kata. Atau panggilan-panggilan unik semacamnya.
Bahkan ketika mereka sedang marah, begitulah ekspresi dari kecintaannya.
Jujur aku sih seneng aja. Berarti kan mereka sayang. Tapi cemberut juga si kalau diomelin, abiiis kan yang salah bukan aku, tapi jaringan. Jadi smsnya telat masuk. ATau aku telat memberi kabar.
Semenjak itu, aku suka wanti-wanti deh, kalau perkiraan nggak ada jaringan, lebih baik dikabari lebih awal. Atau pinjam hp temen buat memberi kabar.

Apapun caranya, itulah bukti cintanya :)

Jannaty, 23:31 WIB
3 Rajab 1434 H
13 Mei 2013 M