Rabu, 21 Maret 2012

Semut Juga Manusia


Loh? Eits jangan protes dulu. Cerita ini berawal dari secara nggak sengaja mataku bersitatap (jiahelah) dengan para semut nan rupawan. Berjejer berbaris rapi laksana tentara dengan panglima menawan. Teringat lebaran empat hari lalu. Saling bersalaman bermaafan, menggugurkan dosa yang berkerak karena setahun merapat. Ya, setahun.

Semut juga manusia. Lihat saja perilakunya. Bahkan sangat pantas dikatakan manusia yang sangat beradab. Aku melihatnya tersenyum geli, membayangkan mereka sedang terseyum saling sapa. Tak pandang bulu, kenal atau tidak tak ada yang lewat untuk bersalaman. Dengan rapi Cipika cipiki (hihi) Aih.. ramahnya. Rasanya tak ada mampir sejenak utuk bergosip ria. Atau berhenti lama untuk membicarakan aib tetangga. Subhanallah..indah banget ya kehidupan mereka?

Lebih pantas disebut manusia kan? Tanpa menunggu setahun hanya sekadar untuk bersalaman, saling sapa, senyum dan meminta maaf. Tepat sekali seperti teladan manusia paling mulia. Aku jadi malu sendiri. Teringat beberapa orang yang belum sempat bersitatap hanya untuk berjabat. Berkaca diri yang enggan memberikan seulas senyum terhangat.

Hey, lihat sungut-sungut mereka yang saling bersentuhan! Mungkin itu “radar prajurit semut” untuk peringatan. Atau pemberitahuan undangan walimahan. Hihi lucunya. Aku jadi geli sendiri meraba-raba kemampuanku berbahasa hewan. Bergaya bak Nabi Sulaiman. Aih, mana bisa! Aneh hehe.

Jadi inget cerita ketika Nabi Sulaiman dan tentaranya lewat di sarang semut. Para semut dan kawan-kawannya berteriak “Hai teman2 cepat bersembunyi! Nabi Sulaiman dan bala tentaranya akan lewat! Nanti kita bisa-bisa terijak-injak oleh mereka” mendengar itu nabi Sulaiman tersenyum (ngebayangin, alangkah gantengnya Nabi rupawan yang baik hati itu tersenyum, hihi) beliau tersenyum dan menghindari pasukan semut. Subhanallah, pernah nggak ya kita berpikir untuk berhati-hati ketika berjalan. Jangan sampai membunuh semut dan binatang kecil lainnya (yang gede juga otomatis dunk) walaupun tanpa kesengajaan.

Eh udah, mau cerita lagi ni. Aku sengaja iseng menjatuhkan potongan kue. Ingin mengetahui apa yang hendak mereka lakukan. Bisa ketebak donk pasti mereka bakal ngambil tuh kue. Sayang, ada rezeqi kok ditolak hehe, iya kan? Yang membuat aku berpikiran dia lebih oke dibanding manusia, ckckckck gotong royongnya itu loh, subhanallah. Potongan kue sedikit diangkut rame-rame. Nggak berebutan, dorong-dorongan dll deh kayak kelakuan kita yang takut kagak kebagian. Potongan segede gaban juga masih aja gotog royong. Mungkin “radar parajurit semutnya” dipake kali ya, biar mereka dateng buat ngeboyong tuh kue. Hm... subhanallah.

Eh ada lagi nih yang kataku sih lucu. Ini pengalamanku ketika kecil dulu. Aku sempat bercita-cita menjadi dokter hewan. Soalnya dulu punya pengalaman berkesan sama sang pangeran semut. Waktu itu di meja banyak banget semut kan. Aku iseng deh tuh semut kumandiin. Ceburin ke air (kasian ya? hiks maklum anak kecil. Maafin aku ya muut) aku handukin pake kain. Aku kira mati kan tuh semut soalnya nggak bergerak-gerak walupun udah di hairdryer (abis di creambath soalnya :P) eh tau gak? Setelah aku biarin tuh semut yang kukira mati, agak lama dia bergerak trus kabur. Aku girang! Ternyata aku berhasil jadi dokter hewan. Pokoknya aku bertekad akan menyelamatkan hewan yang terluka! Yang berpenyakitan. Hiaaaat zik! Hebat kan aku? (Ais! Dasar anak kecil!) Eh ngomong-ngomong tuh semut pinter juga ya? pake pura-pura mati abis itu kabur. Hihi, Gimana coba? Manusia juga kan?

Walaupun dia nggak berakal. Tapi adabnya jauh lebih baik dibanding manusia. Subhanallah banget ya. Allah memberi pelajaran melalui apapun.

“Innaa fii dzaalika la aayatil liqawmiy yatafakkaruun”
sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda(kebesaran Allah)

Darimanapun kita bisa ambil pelajaran, dimanapun kapanpun and kepada siapapun hikmah itu bisa kok dipetik ketika kita mau berfikir.

And then, tongakkan wajah, tarik bibir.. smile ^_^. Yuk, kita ambil pelajaran dari semut!

Tidak ada komentar: