Sabtu, 16 Juli 2016

Detik-Detik Terakhir Bersama Bapak

Malam itu jam 9. Kemudian jam 12. Kemudian jam 3. Katanya, "jangan suudzon, yang ada malah dosa. Doain aja." Tangannya ngelus tanganku yang memijat dadanya. Ketika dituntun syahadat by phone. Kemudian jam 5 pagi.

Tak ada firasat sama sekali. Pergi sekolah seperti biasa.

Jam 9 pagi lewat. Sedang membaca sambil mengawas ujian. Pak satpam mengabariku. "Bapak sakit" katanya. Aku lari. Aku harus mengantarnya ke rumah sakit seperti biasa.

Sampai di rumah. Ibu menangis mendampingi tubuhnya yang tersandar. Ditemani 2 perawat. Aku panik mengabari paman. Meminta bantuan ini itu tapi tak ketemu.

Panik. Kaget ketika mereka bilang bapak pergi.

Aku tersungkur di dapur. Meringkuk dan menutupi seluruh wajahku. "Nggak... nggak... nggak mau... nggak mau..." cuma itu yang keluar. Aku tak berani menghampiri tubuh gagah kaku itu di kursi.

Allah.... Ibuku histeris. Aku ttap meringkuk. Dan beberapa saat aku sadar. Bapak butuh doaku. Bapak butuh mendengarku mengaji.

Aku segera ke kamar mandi. Mengguyur tubuhku untuk bersuci. Aku tak tahu sudah bersih atau belum. Yang kutau, masa haidku sudah 7 hari. Di tengah gemericik aku terisak. "Bapak... bapak..."sesenggukan. Beberapa orang menegetuk kamar mandi mengkhawatirkanku. Aku segera diam. Selesai mandi kuraih alquran dan mendampingi bapak.

Sosok itu masih gagah. Terdiam menutup mata. "Nggak pak... nggak... bapak masih ada..." di tengah harapan2 itu aku lantunkan ayat suci. Kubaca surat Al Mulk, Ar Rohman, Al waqiah. Kulanjutkan mulai juz 1. Kupeluk tubuh bapak dengan tangan kiriku. Kudekatkan suaraku di telinganya. Wajahnya tertutup. Dan aku, sama sekali tak berani membuka penutup itu. Semakin wajahnya terlihat, aku semakin meraung. Aku tak bisa menerima kenyataan. Tak kuperbolehkan orang2 membuka penutup wajah bapak. Kupeluk bapak... kubacakan terus ayat2 yang dulu sering kali beliau minta... Dan aku, baru membacakannya saat itu.

Aku tak ingin membuat bapak tak tenang. Di tengah isakanku, kubisikkan ke telinganya, "Pita ikhlas pak..." kulanjutkan lagi membaca. Entah sampai kapan.

Aku ikut memandikan jasad beliau. Kualiri air dari tubuh sebelah kanan kemudian sebelah kiri. Ketika beliau dikafankan, aku kuatkan diri untuk melihatnya. Menyandarkan badanku di tembok. Satu tangan mengelus2 punggungku. Menguatkan aku dengan sentuhannya. Tangan itu adalah, tangan sahabatku. Aku tau itu. Dia tak banyak bicara. Karena, seperti yang lainnya, dia juga terluka. Sentuhan2 dari kawan yang menguatkanku sungguh mempunyai efek luar biasa, ketimbang ucapan2 "sabar ya... bapak bla bla bla" justru membuat isakku pecah.

Tibalah saat ketika beliau melewati pintu rumah. Aku tak rela. Sungguh bapak nggak boleh pergi. Bapak harus di sini.... Bapak nggak boleh ninggalin V... Badanku lunglai. Seakan kaki tak memiliki tungkai. Tubuhku rubuh. Direbahkan di pundak bersandar di kursi biru. Kursi bapak bersandar untuk terakhir kali. Mataku tertutup. Air mataku mengalir deras. Aku tak tau apa2 lagi... Yang kuingat bapak.... Bapak... Bapak.... beberapa orang menepuk2 pipiku. Takut aku pingsan atau mungkin takut aku mati. Aku mulai mencoba membuka mata... tapi aku tak bisa... mataku menutup lagi...

Bapak... Bapak.... Bapak lagi apa ya Allah....

Aku bersikeras ikut ke makam. Aku ingin mendampingi bapak sampai terakhir kali. Badan lunglaiku dibonceng oleh bu Ismi ke pemakaman. Tubuhku ditopang oleh entah siapa. Mungkin ibu. Di pemakaman itu aku liat orang2 berkerumun mengantar bapak. Aku dan ibu berpelukan. Mencoba menguatkan badan. Tapi kami, tak berani melihat ke arah liang. Takut.... Bapak nggak mungkin tidur sendirian di situ... ya Allah...

Aku dipapah untuk pulang. Meski aku bersikeras tinggal, mereka memaksaku. Aku nggak suka. Aku mau menemani bapak. Aku nggak mau bapak sendirian ditanya munkar nakir setelah langkah sandal orang2 menjauh.
Aku mau menemani bapak...

Ya Allah.... hembusan nafas, detak, dan langkah, adalah doa untuknya....

"ALLAHUMMAGHFIRLAHU WARHAMHU WA 'AFIHI WA'FU 'ANHU"

Selasa, 9 Desember 2014

Usiaku hampir genap 26 tahun

Jumat, 15 Juli 2016

Terima Kasih Telah Memilihku

Ingin sekali aku menangis ketika mendapati bahumu. Ketika engkau memelukku untuk yang pertama kali. Ketika lelahku menemukan muaranya. Dan saat itu juga ingin kuucapkan, "Terima kasih telah memilihku."

Engkau mengeratkan pelukanmu. Perlahan menghapus air mataku. "Aku tidak ingin membuatmu menangis, karena aku menikahimu untuk membuatmu bahagia. Bukan membuatmu menangis. Tolong jangan menangis, istriku."

Hatiku merasakan desir embun ketika ia mengucapkan kata itu pertama kali. Kata yang selama ini aku nanti-nantikan dari orang yang kucinta dan mencintaiku.

"Aku menangis karena bahagia. Karena telah menemukan engkau yang selama ini kucari. Setelah jatuh bangun berkali-kali. Terima kasih... Terima kasih telah hadir di saat aku benar-benar hampir putus asa..."

"Terima kasih juga telah menerimaku. Aku juga mengharapkanmu setelah perkenalan itu. Setelah beberapa kali kau menolakku dan mengatakan aku ketus. Padahal, begitu lah aku. Aku tidak bisa banyak bicara. Aku tidak pandai berkata-kata. Aku hanya bisa menunjukkannya lewat perbuatanku..."

"Aku paham. Kalau begitu, berjanjilah untuk membuatku bahagia."

"Aku tidak bisa berjanji membuatmu selalu bahagia. Tapi, aku akan berusaha melakukan kewajibanku sebagai suami sebaik mungkin. Aku akan menjagamu, aku bersedia menjadi kaki untukmu, menjadi telinga, bahkan aku akan berusaha membuatmu tertawa meski aku tau aku tidak lucu... Aku akan melakukan semampu yang aku bisa..."

"Kamu tidak minta apa-apa dariku?" Kali ini, aku beranikan mendekatkan wajahku ke wajahnya. Kulihat ia terpaku beku. Dahinya berkeringat.

"Jadilah ibu dari anak-anakku."

Aku tersenyum, "Tentu"

Ketika seseorang yang kau harapkan pergi dari hidupmu. Maka percayalah, Allah mengirimkan pengganti yang lebih baik bagi dirimu.

Menikah dengan yang Dicinta

"Aku ingin menikah dengan pria yang kucintai, agar aku dapat sepenuhnya berbakti."

"Aku ingin menikah dengan wanita yang kucintai, agar aku dapat menyayanginya sepenuh hati."

Maka, satukan mereka yang saling mencinta dalam ikatan suci, ya Rabb...

Agar cinta mereka menyatu, menguatkan mahabbah kepada-Mu yang Maha Satu...

Selasa, 28 Juni 2016

Trims

Terima kasih telah mencintaiku dengan sempurna...

Gaung

Apakah memdengar apa yang tidak terucap
Apa memahami mesti tidak terlihat sama sekali
Jika 1 mozaik
Kepingan ini akan menemukan tempatnya sendiri
Tapi percuma saja
Menyusun satu per satu jika tak ada tempat sama sekali

Bukan terletak pada mendengar
Bukan rasa
Bukan kuasa

Tapi
Itikad
Keinginan kuat
Dorongan untuk mengikatnya dalam
satu simpul

To get her

Senin, 27 Juni 2016

Limanil 'id?

Laysal id liman labisal jadid
Lakinnal id liman thoatuhu yazid

Hari raya itu untuk yg imannya bertambah.
Lantas, utk yg tidak, mau mersyskan apa?

Ramadhan 1437 H

Ishani Ranvir

Hidup itu gak seindah di film
Yg skenarionya bisa kita tentuin semau kita
Saling memendam rasa dalam diam
Saling bermusuhan demi menjaga satu sama lain
Saling menatap benci tapi rindu
Saling mempertahankan ego masing2 tapi cinta

Menatap penuh makna...
Memendam berjuta rasa tanpa kata
Dan kemudian bisa bersatu kembali atas nama cinta

Hidup nggak seromantis itu
Meski pahitnya sama

Atas dasar cinta
Kulakukan semua

Ishani Ranvir

Sabtu, 11 Juni 2016

Manusia

Astagfirullah... tetap sj...

Minta Ampun dan Jangan Ulangi

Setiap aku berdosa
Aku menciut
Seakan surga tak mau menerimaku

Aku sendiri
Tak beranjak dan tak juga memperbaiki diri
Aku menghitung2 dosaku
Banyak... Tak terampuni

Tapi, ketika aku baca kata-Nya lagi...
Seperti embun bagi kekerontangan hati...

Adzab Allah itu pedih. Bagi hamba yang ingkar dan menentang. Tapi, Allah juga Maha Penyayang dan Pengampun... Jadi, setiap kita melakukan kesalahan... Langsung saja beristighfar.... Minta ampun... Allah akan mengampuni...

Duhai Allah... Seindah itu...
Tapi aku tetap saja tak tahu diri

Aku semangat lagi
Diterima menjadi hamba yang Engkau ampuni
Yang Engkau sayangi...

Aamiin
Insya Allah

Iman

Yang paling hamba takutkan
Iman...

Jangan biarkan berkurang
Apalagi hilang

Ya Allah....
Ampun......

Jangan ya Allah....

Becoz of You

Katanya, munafiq itu
Idza qoomuu ilas sholati qoomuu kusalaa...
KataNya,
Innal munafiqina fid darkil asfal...

Dan aku
Tergolong apa?
Bangkai tanpa makna
Hidup...
Takut...
Sekadar itu

Katanya, bisa
Tapi tak menjadi luar biasa

Menjadi muslimah cantik, taat, berilmu, dan berakhlak...

Sesederhana itu
Karena-Mu dan di hadapan-Mu

Hamba tak peduli lagi dengan manusia

Itu saja, Rabb...
Senikmat itu...

Ada 1 alasan

Setidaknya... ada 1 yang menjadi alasan
Yang istiqomah
Yang lazim didawamkan
Yang kubawa dengan bangga di keharibaan
Yang kulakukan diam2 terang2an tanpa peduli
Yang menarikku ke surga nanti...

Apa...

Al quran di sepanjang perjalanan...

Itu saja ya Allah...

Yang lain... Terserah Engkau saja....

Ada 1 alasan

Caper

Melihat foto-foto setahun lalu, menghanyutkanku pada suasana itu. Pedih. Aku ingat betul bagaimana saat-saat kritis itu aku lewati bersama keluarga. Ditambah diriku yang rapuh seakan tak bernyawa. Sakit...

Foto pemandangan indah yang menyimpan tekanan luka itu, adalah foto-foto mencari perhatian manusia. Karena manusia dan untuk manusia. Yang kesemuanya menjerumuskanku pada jurang kekecewaan. Tak ada manfaat sedikit pun di dunia kecuali semu. Dan tak ada faedahnya di akhirat...

Caper. Mencari perhatian ke manusia. Bukan... Dan tak lagi... Sadar... Bahwa yang berhak dan wajib kita pedekate dan cari perhatian adalah Allah.

Melakukan sesuatu karena mencari perhatian Allah. Lihat ya Allah... aku rajin jamaah karena aku caper pada-Mu. Aku rajin ngaji karena caper agar Engkau suka padaku. Aku rajin taat pada ortu dan pemimpin, biar Engkau kagum padaku.... Karena Engkau... untuk Engkau....

Aku melakukan hal2 baik ini hanya karena Engkau sayang pada-Ku ya Allah....

Bukan karena dan untuk mereka...

Sadarkan kami...
Terima amal kami....
Ampuni kami....
Jadikam setiap yang kami lakukan berfaidah hanya karena-Mu...

Karena-Mu
Dan untuk-Mu

Hilangkan kemalasan
Jaga dari keriyaan

Engkau....
Cari perhatian cuma sama Allah....

Minggu, 05 Juni 2016

Dont care

saya nggak tau... Dan saya nggak mau tau...
Seandainya saya tau pun, saya nggak peduli :D

Rabu, 25 Mei 2016

Ihsan

Iman....

Ihsan
An ta'budallaha ka annaka tarohu wa in lam tarohu fainnahu yaroka

Jumat, 13 Mei 2016

Anak Tukang Soto S3 sampai Belanda

Bapak...
Anak tukang siomay S3 beasiswa Belanda....

Bapak.....
Bapak selalu bilang bangga sama pita......
Anak tukang soto bisa sekolah tinggi
Bapak bilang pita harus sekolah tinggi
Bapak bilang pita calon presiden
Bapak bilang mau jual apa pun demi biaya sekolah pita
Bapak bilang sekolah itu penting
Bapak bilang jangan sampe jadi kayak bapak
Bapak bilang Sekolao sing tinggi
Bapak bilang..... bapak bangga
Bapak bilang bapak mau ngaku ke seluruh hadirin kalo bapak itu tukang soto
Bapak bilang.... bapak selalu bangga2in pita...
Bapak bilang....

Bapak...........
Cita2 itu tidak purna......
Pita salah langkah..... Cita2 yg ada meluruh....

Orang tua sebagai alasan satu2nya terlupa
Pita mau menyalakannya kembali pak....
Demi bapak.....
Demi emak.........

S3 sampai Belanda......
Semuanya.... semuanya pak....

Dosen....

Bapak......
Bapak g pernah ngelarang pita
Bapak selalu mendahulukan pita
Bapak gak kayak yang lain
Bapak orgtua berpendidikan tanpa harus sekolah tinggi
Bapak bisa mendidik pita dengan apa adanya
Tulus......
Bapak selalu mendukung pita
Gak pernah nolak keinginan pita
Bapak dengan segala karakternya
Bapak dgn segala terbaik yang diberikannya....

Bapak..............
Anak tukang siomay S3 sampe Belanda
Bapak juga sering bilang begitu kan?
Pita sayang bapak......

Senin, 09 Mei 2016

Rindu

Kangen banget sama bapak.... kangen.... bpk apkbr.... inget semua.....

"Cengcorang cengcorang rumahmu di mana"

"Pakde pernah sekolah di situ tuh ndok. Sebulan."

"Jangan suuzon... yg ada malah dosa... doain aja...."

"Walah enak banget ini kopi bikinannya anakku"

"Wah gak udan ngko... cah ayu nyapu"

"Pijeti ndok...."

"Bapak pingiiiin banget denger suara ngajine...."

Pita kangen banget pak..... maafin pita gak bisa jadi anak baik.... maafin pita gak bisa ngebanggain bapak.... maafin pita kalo dgn perilaku pita membuat bpk malu dan tersiksa.... v minta maaf pak.... pita kangen banget sm bapak.... pita pingin meluk bapak..... bapak apa kabar..... pita kangen pak...... pita pingin ada bapak.... pita pingin denger suara bapak lagi.... pita pingin denger bapak manjain v lagi.... bapak....... pingin banget meluk pak.... pingin nyium kaki bpak....... bapak g pernah dtg lagi di mimpi v..... pita minta maaf pak..... pita mau jadi anak kebanggaan bapak di akhirat.... bapak.... pita mau kita kumpul lagi di surga pak.... pita akan minta Allah buat bareng bapak.... pita mau banget bareng bapak di surga.... pita janji pak.... pita bakal inget selalu kebaikan bapak, candaan bapak, pengorbanan bapak, cita2 bapak, pita janji jadi anak baik.... pita janji jadi anak kebanggaan bapak di depan Allah..... pita minta maaf ya pak..... pita sayang banget sm bapak...... meski g pernah v ungkapin.........

Ya Allah jaga bapak ya Allah
Jangan hukum beliau sebab kesalahan v......
Angkat derajat beliau asbab peluh keringat keikhlasan mendidik v..... Sebab kebaikan2 v, anaknya, yg beliau besarkan di atas syariatMu.... Darahnya mengalir dalam diri v Rabb... Jadikan hamba anak berbakti dan membanggakan bapak ibu hamba dunia akhirat Rabb..... Beri hidayah n istiqomah hamba ya Rabb.... Ampuni.... Ampuni... Ampuni....

Ila ruh abi al mahbub, rukun bin semiran al fatihah....
Irfa lahud darojat
Kaffir anhus sayyiat
Dhoif lahul hasanat
Wa adkhilhul jannata maal aabaai wal ummahat

Minggu, 08 Mei 2016

Emangnya Lu Wow?

"Dia biasa aja, sih, gak ada yg WOW."

"Lu sendiri? Emangnya Lu wow?" Aku nyeletuk.

Yang denger langsung diem. Kemudian kami ngakak. Wkwkwk.

Yup. Enak banget kita menilai seseorang sesuka hati. Menetapkan standarisasi begitu tinggi. Menilai dia kurang ini, kurang itu. Gak seidealis yang kita mau. Kita lupa diri buat NGACA. Kita ini siapa. Se-wow apa.

Kadang lupa, se wow apa diri kita sampe ngarepin yang wow. Jalan nemu A, bilangnya kurang B. Ketemu B, bilangnya kurang C. Ketemu C, bilangnya kurang D. Pas sampe Z, baru deh tau rasa udah gak ada pilihan huruf lainnya.

Hidup itu gak seidealis itu, gaes. Harusnya, kita cukup menilai diri sendiri. Menimbang diri sendiri. Se wow apa kualitas kita. Bisa jadi, mereka yang kita nilai gak wow, sebenarnya justru jauh lebih wow dari kita tanpa kita ketahui. Yep, dont judge d book by its cover.

Tentukan se wow apa diri sendiri.
Tetapkan standar wow yang harus dia miliki.
Sabet. Iket. And kembangkan wow bareng si doi.

Makannya jangan gampang seenak gambreng nilai orang. Lupa sama kualitas diri.

Ehem
*test mic

Rabu, 04 Mei 2016

En El El

Abis ikut Neuro Logic Level. Hmmm bahasa keren dari apa, ya. Ya... Begitu, deh.

Aku tulis ini aja biar inget, ya.
Mulai dari titik segitiga paling atas.
1. Spritual
2. Identity
3. Belief /Value
4. Capability
5. Behavior
6. Environment

Idiiiiih, bahasanya serem amat. Gak ngerti! Yah, intinya begini, sih. Bahasa ringanku ya kunci sukses dunia akhirat keleus, yak. Ya pengembangan syaraf otak (neuro) gitu.

Dikupas dari bawah.

Enviroment (lingkungan)
Nah, lingkungan itu faktor yg mempengaruhi diri kita. Dan kitanya yg harus beradaptasi dgn lingkungan, bukan sebaliknya. Kita yg harus membuat diri nyaman, bukan sebaliknya.

Behavior (perilaku)
Perilaku kita ditentukan oleh lingkungan kita. Pinter2 deh bersikap. Jangan gampang meledak2, emosi, de es be. Perilaku mempengaruhi nilai diri kita.

Capability (kemampuan)
Gak cuma perilaku. Kita juga dituntut utk kreatif. Dituntut untuk punya kemampuan. Buanyak orang ahli tp g punya sikap. Ato sebaliknya. Nah, ini, nih. Kalo udah tau kemampuan kita apaan, tinggal diiket, ditambah attitude. Oya, capability bisa timbul kalo kita punya keyakinan and identitas.

Belief (Keyakinan)
Bahasa sederhanaku, mind set. Apa yang kita yakini itu yang banyak terjadi. Keyakinan ada 2. Pertama, X =. Misalnya gini, "gue yakin gue itu gak jago matematika." "Gue yakin gue gak bisa bangun pagi." De el el. Nah, keyakinan ini, nih, yang bakal bener2 jadi kenyataan. Misal lagi, "hidup itu pengorbanan" Eaaaa, makan, tuh, jadi korban terus :p

Yang ke 2. Jika X maka -----> Y. Misal, "Kalo gue berangkat jam 5, gue pasti gak bakal telat." Atau "Kalo gue sehari baca 10 kali. Gue yakin gue pasti ngelotok 1 juz" de el el. Makanya, keyakinan itu penting buanget, gaes. Bangun keyakinan positif, biar terwujud semua deh tuh. Yang negatif2, buang. Biarinin aja orang mau ngomong apa. Ini hidup gue, vroh :D

Identity (identitas)
Kenali dengan benar, siapa identitas kita. Tulis semua. Saya ini guru. Saya ini ibu. Saya ini istri. Saya ini HAMBA ALLAH. Kalo udah tau identitasnya, maka keyakinan, kemampuan, perilaku, lingkungan, semuanya akan terarah. Semuanya akan menjadi baik. Semuanya menjadi tenang...

Spiritual
Semua kembali pada Allah. Apa yang kita lakukan, tujuan kita, keyakinan kita, penilaian kita, bermuara pada Allah. Dengan begitu, kita nggak akan salah niat, kita akan tau, siapa, apa, bagaimana, kapan, di mana, dan mengapa kita melakukan hal tsrsebut.

Tetaplah jadi hamba Allah. Jadi manusia. Manusia dengan segala potensi yang Allah titipkan

Note today
NLL Pak Bambang
@Alfatah

Baidewei, langkah pertama yang harus aku lakukan setelah ini adalah, menentukan identitas ^^

Yuhuuuuu

Definisi Cinta

Apatah namanya cinta
Jika tak butuh balasan apa apa

Apatah namanya cinta
Jika yg dipikirkan adalah apa yang bisa diberikan
Bukan apa yang bisa kau berikan

Apatah namanya cinta
Jika wajahnya yang nampak dalam kedip, detik, degup, dan hembus

Apatah namanya cinta
Jika yang bergaung hanya namanya
hati mau pun telinga

Apatah namanya cinta
Jika yang dilakukan adalah hal terbaik untuknya

Apatah cinta
Jika yang dilakukan tak butuh alasan apa-apa

Sejujur itu
Setulus itu...

Terima kasih meski hanya untuk sekadar mengingatku

:)

Cinta, btw aku nggak tahu arti "apatah"
Apa dah? Hehe

Senin, 25 April 2016

Ketika Catatan Dilempar di Depan Muka

Bertahun-tahun hidup di dunia. Menghirup nafas sesuka. Gratis. Nggak pake bayar. Lantas, amal unggulan apa yang bakal v bawa menghadap-Nya?
Sekian tahun v g tahu amal apa yang bisa v banggain.

V g tau berapa lama lagi v hidup. 20 tahun? 15 tahun? Setahun? Atau jangan-jangan cuma sampai besok? Atau setelah selesai nulis ini.

Apa v bisa setenang ini, santai-santai padahal maut ada di samping V?

V nggak bisa jamin, sholat v diterima atau nggak. Siang malem sholat karena ibadah atau sekadar menggugurkan kewajiban? V g tau doa-doa itu menembus langit-Nya atau malah mental laksana mantra tak bertuan.

V gak tahu semalu apa v ketika menghadap Rabb, ketika catatan amal V diterima, dirobek-robek, lantas dicampakkan dilempar depan muka.... Ilahi..... V minta maaf.... Maaf untuk segala ibadah sia-sia.....

Jangan hukum V sebab ketidaktahuan V, Rabb..... Beri petunjuk hamba.... Terima amal ibadah hamba..... Matikan hamba dalam husnul Khatimah.....

Maaf utk setiap gerak dan niat yang salah..... Terima amal ibadah hamba....

Allahumma a'udzubika min amalin ya yuqbal...

Mimpi Sederhana Manusia

Jika sebagian orang memiliki mimpi bisa hidup bahagia dengan harta, maka mimpiku sederhana

Sesuatu yang membuatku lapang dan batinku tenang
begitu sederhana
Aku ingin,
aku tak punya hutang

Aku tak ingin hidup berkecukupan, tetapi dari hasil gali lubang tutup lubang

Aku tak mau bermandikan harta, tapi hidupku tak tenang

Lebih baik makan sesendok nasi, dari pada semangkuk kentucky tapi berhutang

Lebih baik mati gaya, dari pada banyak gaya hasil berhutang

Aku ingin, aku tak punya hutang.

Aku ingin tak punya hutang dengan Rabbku
Hutang puasa
Hutang zakat dari tiap rizqi yang Dia titipkan
Atau hutang amal-amal sebab penuh kecacatan

Aku ingin tenang
Meski beralas tikar
Beratap bintang
Aku juga tak ingin mereka berhutang
Lari sembunyi ketakutan ketika dikejar-kejar penjual uang

Aku ingin hidup ini tenang... Hati ini lapang... jiwa hanya rindu pada Tuhan...

Allah...
Allah...
Allah...
Rabb semesta alam...

Duhai pemuja uang...
Duhai pemuja dunia...
Dengan apa kau bayar azab kemurkaan
Bukankah hutang selembar benang penghalang langkah ke jannah?

ya 'asyiqod dunya
Qifha...

Innama zada 'athsyuha
Kullama zada akhdzuha

Untukmu, diriku...
Untukmu, saudaraku...
Sudahi memenuhi gengsi dengan berhutang
Kendalikan diri untuk tidak memanjakan ingin hati
Lebih bersyukur...
Lebih bersabar...

InsyaAllah
hidup akan terasa lebih cukup...

*ketika melihat para pembegal hutang di jalan*