Senin, 18 Maret 2013

Saat Mereka Menangis

Aku menangis lagi.
Tangisan yang sama oleh orang yang sama.

I know who i am...
Biar kuhabiskan malam ini semua.
Walaupun pada kenyataannya, ia selalu menciptakan airmata baru.

Air mata.
Tak hanya terjadi denganku tentunya. Jika aku bisa merasakannya sendiri, memendamnya sendiri, dan meyembunyikannya dari siapapun, (kecuali pada bantal dan keyboard yang selalu menjadi saksi bisu) tapi, tidak dengan anak-anak.

Tertawa, marah, menangis adalah hal yang lumrah bagi mereka. Mereka bebas meluapkannya di manapun, kapanpun dan dengan ekspresi apapun. Bebas. Tak ada takut, malu atau beban.

Seperti keluhan putraku pagi ini. Di tengah pelajaran, di saat mengerjakan tugas yang kuberikan, tiba-tiba Ridho terisak. Mengadukan sesuatu yang menyentuh hatinya, sehingga matanya turut mengeluarkan air mata.

Bagiku itu hal yang sepele, hanya karena diejek, disentil, atau pensilnya diambil. Tapi mungkin hatinya tersakiti. Sebagaimana aku yang selalu tersakiti karena hal-hal remeh.

Bedanya, tangisan mereka adalah murni lahir dari hati yang bersih, polos dan belum tersentuh polusi apapun. Sedangkan bagi si dewasa, menangis karena hal sepele adalah cengeng, tak mampu berhusnudzhon dan tak mampu mengendalikan hati.

Aku tersenyum melihat Ridho asik menangis. Dia membela diri dan menyalahkan temannya.Kudengarkan keluhannya. Suaranya bercampur dengan air mata. Kuabadikan moment itu dengan kamera hp. Iseng mungkin, tapi aku ingin dia mengoreksi dirinya sendiri ketika menangis.

Setelah kujepret, hasilnya kutunjukkan ke Ridho. Dia berhenti menangis. Malu melihat sekilas foto wajahnya. Namun sesaat kemudian dia melanjutkan tangisannya... Aku makin nggak kuat ingin tertawa. Tapi kutahan. Segera kupanggil yang bersangkutan. Menyuruh mereka saling bersalaman dan bermaafan.

Dan setelah itu, mereka kembali tertawa kemudian belajar dan bermain lagi.

Begitulah anak-anak. Tak ada dengki apalagi dendam. Mereka tulus memaafkan tanpa menengok ke belakang. Menangis hanya sebuah ekspresi nalurinya bahwa sesuatu yang ada dalam dirinya tersakiti... :)

Menangis dan air mata.
Menangislah jika ingin menangis...
luapkan semuanya...
Sebagaimana anak-anak yang tanpa segan mengeluarkan air matanya...
Namun setelah itu...
hilangkan semua duka.
Meskipun tak semudah mereka
melupakan semuanya...

Allah... Engkau tak pernah membiarkan aku sendirian, bukan?

Innamaa asykuu batstsii wa huznii ilallah... :')

Ini foto Ridho dengan sedikit editan.
Bersama mereka, mendungku sedikit cerah...

Gedung Ilmu 13:18 WIB
Senin, 18 Maret 2013 H
6 Jumadil Ula 1434 H

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Aku juga sedih kalo dijewer kamu :p

Dewi Mafita Sari mengatakan...

opaaaaaaaa welkam tu mai blooog .. moga istiqomah jd blogger yaaa :D