Aku diam. Tiba-tiba saja air mataku mengalir. Kutatap wajah anak-anak. Suara riuh di kelas berangsur hilang. Berganti hening dan sikap merasa bersalah mereka. Mungkin mereka pikir aku menangis karena mereka. Padahal
bukan, Nak ... Bukan.
Baru saja kututup layar ponselku. Ada satu hal yang tiba-tiba saja membuatku mendung. Aku masih terdiam menanti anak-anak menyelesaikan tugas yang kuberikan. Sebagian mereka sudah selesai dan berganti dengan aktifitas lain. Sedangkan aku, masih diam seperti semula. Namun mendung itu berganti hujan. Tanpa bisa kubendung, air mataku jatuh. Satu per satu. Kubiarkan sebagian anak menyaksikannya. Biarlah, mungkin mereka akan berpikir aku menangis karena sikap mereka. Kututup sebagian wajahku dengan jilbab. Tak elok rasanya anak-anak melihatku menangis, apalagi ini bukan salah mereka.
Kuperhatikan wajah mereka lekat-lekat, satu persatu. Sikap mereka yang tiba-tiba saja diam, tegap rapi, bisu, membuatku tertawa kecil di dalam hati, "Bukan karena kalian, sayang ..." kuusap air mataku. Aku tersenyum kepada mereka, hanya isyarat bahwa mereka tidak bersalah.
Terima kasih, sudah hadir dalam hari-hari Ibu, Nak ...
Sikap kalian, kepolosan dan keaktifan kalian lah yang mewarnai hari-hari Ibu sehingga tak selalu abu ...
:)
Semoga menjadi salah satu penyebab, kita dapat berkumpul di surga :)
Doakan, niat ini selalu lurus, ya, Nak ...
Sikap kalian, kepolosan dan keaktifan kalian lah yang mewarnai hari-hari Ibu sehingga tak selalu abu ...
:)
Semoga menjadi salah satu penyebab, kita dapat berkumpul di surga :)
Doakan, niat ini selalu lurus, ya, Nak ...
Aku tersenyum, "Oke, finish? Brama, silakan pimpin kelas. Kalau sudah rapi, mujahidah boleh pulang duluan."
Rasanya tak perlu menjelaskan mengapa aku menangis. Biarlah menjadi intropeksi masing-masing agar mereka lebih ta'dzhim pada guru, dan aku lebih bisa menahan emosiku di tempat umum.
Rasanya tak perlu menjelaskan mengapa aku menangis. Biarlah menjadi intropeksi masing-masing agar mereka lebih ta'dzhim pada guru, dan aku lebih bisa menahan emosiku di tempat umum.
Untuk orang yang sudah membuatku menangis tanpa sengaja, :) terima kasih. Cukup ini menjadi pelajaran buatku. Tak ada artinya ilmu tanpa akhlak. Pendidikan tinggi tapi menyakiti. Semoga Allah melembutkan hati serta lisanmu. Tanpa pernah kau tahu, di sudut ucapanmu, ada yang menangis di sini. Dan mungkin, di tempat lainnya.
Ini wajah anak-anak yang mendadak diam. Yang membuatku tersenyum di tengah kesedihan. Hihi makasih, yaaa. Kalian pengertian, deh. ^^
2 komentar:
terus salah siapa dong, bu? :P
bisa kok wi
Posting Komentar