Senja tadi, sepulang sekolah, aku berpapasan dengan seorang bapak berkaus oblong dengan sepeda onthelnya. Beliau berlalu sambil mengangguk dan tersenyum ke arahku. Di belakangnya, duduk seorang anak perempuan kecil dengan mukena hijaunya yang sudah pudar. Kakinya bergoyang-goyang. Tangan kirinya memegang pinggang sang ayah dan tangan kanannya melambai-lambai. Pemandangan itu sungguh romantis dan indah sekali.
Kenangan bersama bapak terputar lagi. Dengan sepeda motor kesayangannya, beliau mengantarku sejauh apapun itu. Rela berpanas-panas menunggu. Menembus kabut, menahan dingin, mengantarku
demi ilmu.
Juga ketika beliau memaksa "tega" melepaskan putri kecilnya pergi jauh sendirian, menitipkanku pada setiap penumpang
juga
demi ilmu.
Bapak bilang,
"Bapak ki wong bodo, Nduk. Ojo sampe anake melu bodo. Sekolao sing tinggi. Bapak dukung. Ilmu kui nggak enek enteke. Dadi wong bodo ki nggak enak, Nduk. Nggak usah kawatirke biaya. Tak adolke opo wae ben awakmu pinter."
Maa syaa Allah ... Maa syaa Allah ... dzaalika aby, ya Rabb ...
Haadzihi bintukum, Abuya ...
Sa-astaghfirullaaha lii wa lakum abadan abadaa .....
Senin
27042015 M
Rajab 1436 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar