"Pinter banget anaknya, Pit. Bapaknya dibanguin mulu buat sholat malem. Kalo bapaknya belom bangun, ditungguin terus sampe bapaknya bangun."
"Mbaknya kalo pulang sekolah langsung tiduran sambil maen hape tuh dibilangin sama dia, 'Mbak ganti baju, makan, mandi, jangan hapean terus ... Kasian ibu ...' Begitu ... Beda banget sama mbaknya."
"Iya, Mak? Pinter banget ... Sekolah di mana?"
"Ya di SD Negeri. Paling cuma ikut ngaji-ngaji di TPA."
"Kelas berapa, Mak?"
"Kelas 4 SD kayaknya sekarang."
Jleb. Aku langsung berenti mencet-mencet keypad. Albert namanya. Cowok ganteng yang pernah aku ajarkan les waktu kelas 1 dulu. Anaknya pendiem, tulisannya gede-gede, tapi aku suka. Nurut kalo dibilangin, nggak banyak ngoceh. Awalnya aku nggak mau ngisi les, karena aku lelah banget, tapi berhubung bapakku yang minta, "Yo ajari tho, Ndhuk ..." Yaaa mau nggak mau harus aku turutin ... Hei! Aku nggak ikhlas lillah dong? Nggak boleh pelit ilmu, V. Bahaya! Iyaaaa ... Iyaaa ...
"Dia bilang, 'mau dipondokin di mana aja asal mondok, Bu ...' Pinter banget "
Aku takjub. Bangga rasanya pernah ngajar anak itu. Denger akhlaknya, cinta plus baktinya sama ortu mengingatkan aku dengan satu hal. Its called HIDAYAH. Yep. Aku yakin, anak itu sudah Allah titipkan hidayah di hati murninya. Aku benar-benar takjub dan seperti memasuki lorong waktu. Di mana seorang anak menangis sendirian di jemuran. Mengingat dan meratapi semua kelakuan manja dan buruknya terhadap ortunya. Di mana cinta dan bakti pada ortunya semakin mendalam. Ghiroh ibadah menggebu. Semangat belajar memburu. Dia, ingin menjadi anak sholeh dan ingin kedua ortunya masuk surga. Itu saja.
=======
Tulisan ini mandek. Aku lupa mau cerita apa. Kemarin waktu nulis sudah terlalu lelah natap monitor. Aku close. And sekarang cuma mau nutup sama lagunya Raihan ...
Iman tak dapat diwarisi
dari seorang ayah yang bertakwa
Ia tak dapat dijual beli
Ia tiada di tepian pantai
Walau apa pun caranya jua
Engkau mendaki gunung yang tinggi
Engkau meretas lautan api
Namun tak dapat jua dimiliki
Jika tidak kembali pada Allah ...
Hidayah itu dicari, diusahakan ... Maka beruntunglah orang-orang terpilih yang Allah anugerahkan hidayah sebelum maut sampai di kerongkongan ...
Robbana laa tuzigh quluubanaa ba'da idz hadaitanaa ...
Ya Tuhan kami jangan kembalikan hati kami setelah Engkau memberi kami petunjuk ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar